Benteng Kota Praja tahun “1928” sudah beralih fungsi menjadi menara air di bawah naungan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mayang. Pohon-pohon beringin kini hanya ada di beberapa sudut saja. Gudang getah sudah menjadi Komplek Kotamadya dan Masjid kian berdiri dengan megah yang kita kenal dengan nama Masjid Agung Al-Falah atau sering dijuluki Masjid Seribu Tiang. Sementara itu di Lapangan Benteng dibangun sebuah museum dengan sebuah pesawat di depannya. Museum tersebut bernama Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Simpang pertemuan dari semuanya inilah yang dulu disebut “Simpang Benteng”.
Berada di pusat kota, kini Simpang Benteng ini telah menjadi jalur utama aktivitas masyarakat Jambi. Dari telanaipura mau ke pasar lewat simpang benteng, dari simpang kawat mau ke pasar lewat simpang benteng, dari sipin mau ke pasar juga lewat simpang benteng, walaupun masih banyak jalur-jalur alternatif lainnya. Banyak yang menyebut Simpang Benteng sekarang menjadi: simpang PDAM, simpang museum, atau juga simpang SD. Sebutan Simpang Benteng sepertinya berakhir di generasi milenium. Anak-anak kelahiran tahun 2000-an sudah merasakan indah dan rapinya penataan ruang di Kota Jambi khususnya diseputar wilayah Simpang Benteng. Akan tetapi setiap generasi seharusnya tahu mengenai sejarah disekitarnya.
EmoticonEmoticon