Rabu, 11 Oktober 2017

Kampoeng Kepiting Ekowisata-Kabupaten Badung

Kampoeng Kepiting Kuliner Ekowisata berada di Jl I Gusti Ngurah Rai,Kecamatan Kuta,Kabupaten Badung,Bali.Kampoeng Kepiting ini adalah kawasan ekowisata yang didirikan oleh Kelompok Nelayan Wanasarai, Denpasar. Mereka awalnya adalah nelayan tangkap kepiting yang hidupnya pas-pasan. Sangat tergantung dari jumlah kepiting yang berhasil mereka tangkap di alam liar. Kini, setelah mendirikan ekowisata, kehidupan mereka bisa lebih baik.Tak hanya sebatas menikmati kuliner saja. Sambil duduk-duduk santai di balai-balai bambu, Anda bisa sambil melihat-lihat pemandangan jalan di atas perairan, kapal-kapal nelayan, hijaunya pohon bakau, dan langit biru. Ekowisata Kampoeng Kepiting terletak sebelum pintu tol menuju ke Nusa Dua, atau sebelum putaran menuju Bandara Internasional Ngurah Rai. Arahnya sebelah kiri atau utara jalan. Rumah makan di Kampoeng Kepiting tersebut terdiri dari beberapa gazebo untuk melayani pembeli.Sungguh nikmat menyantap hidangan sea food di sana.Sembari makan, Anda bisa menikmati rindangnya pepohonan bakau. dan melihat jalan tol Bali yang menuju ke laut. Tol di Bali itu disebut-sebut sebagai jalan tol terindah di dunia. Selain itu, Anda bisa mengamati berbagai pesawat terbang yang baru take off dari landasan pacu Bandara Ngurah Rai. Posisinya memang berada pada pantai timur ujung landasan pacu Bandara Ngurah Rai Menu-menu yang disajikan beragam masakan kepiting.

 Kepiting Goyang Tol menjadi menu favorit bagi para pelanggan. Resep dan rasa mungkin mirip dengan kepiting buatan restoran. Hanya saja, bumbunya tak hanya rempah-rempah, tetapi juga ada cita rasa dari buah bakau pidada (Sonneratia caseolaris). Itu nilai tambah dari lezatnya santapan hewan bakau bercapit ini.Rumah makan ini muncul dari kegigihan para nelayan Tuban yang membentuk kelompok bernama Wanasari di tahun 2009. Tangkapan ikan terus menurun menjadi keresahan nelayan Tuban. Namun, mereka tak ingin berdiam diri karena hidup terus berjalan. Ketua Kelompok Nelayan Wanasari I Made Sumasa  mengatakan, ia terus memotivasi teman-temannya untuk bersama-sama mencari solusi agar tetap bertahan. Kepiting menjadi pilihan mereka untuk dibudidayakan. Kepiting pun mereka biakkan dari bibit hingga penggemukan. tepatnya Pada tahun 2010, mereka berkenalan dengan tim community social responsibility dari Depo Ngurah Rai Pertamina. Mereka mendapatkan pembinaan dan bantuan dana.Soal resep, Sumasa pun berani menjamin nikmatnya. Alasannya, ia menggunakan resep-resep warisan orang tua-orang tua mereka yang sudah terlebih dahulu memanfaatkan hasil dari hutan bakau ini. Istri Sumasa, Kadek Surasmini  merupakan koki utama resto apung itu. Rata-rata perhari resto Kampoeng Kepiting membutuhkan 25 kg kepiting atau sekitar 75 ekor perhari. Omset dari divisi kuliner resto di sana lebih Rp 350 juta perbulan.










Artikel Terkait


EmoticonEmoticon